Thursday, December 25, 2014

Lateral Thinking (2)

Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara Teknik berpikir Vertikal (Vertical Thinking) dan Teknik Berpikir Lateral (Lateral Thinking).

Vertical Thinking :
- Bersifat memilih opsi yang paling benar
- Menuntut selalu benar "Rightness"
- Memilih dengan cara menghilangkan faktor-faktor yang tidak berkaitan
- Hanya menganalisa pendekatan yang paling mendekati
- Menghentikan pencarian hanya sampai menemukan solusi/pendekatan yang paling menjanjikan
- Hanya bergerak sesuai dengan arahan

Lateral Thinking :
- Bersifat menghasilkan banyak opsi atau alternatif
- Menuntut kekayaan alternatif "Richness"
- Mencari alternatif dari setiap opsi yang ada
- Tetap melakukan pencarian meskipun telah menemukan solusi/pendekatan yang menjanjikan
- Bergerak untuk mencari arah

Dari beberapa perbedaan tersebut seringkali kita menyebut pola pikir vertikal sebagai pola pikir yang efektif.
Sedangkan pola pikir lateral bekerja dengan memanfaatkan informasi yang telah tersimpan dalam otak dengan cara mengubah pola "pattern"  (Lateral Thinking), bukan dengan tujuan mencari jawaban yang paling benar tapi dengan penyusunan pola yang berbeda yang akan menstimulasi cara pandang yang berbeda dalam memecahkan suatu masalah.

Lateral Thinking bersifat komplementer, tidak menghilangkan kebutuhan akan vertical thinking, tetapi memperkaya kemampuan berpikir seseorang.

Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan berpikir secara lateral, antara lain :
1. Membiasakan untuk menghasilan beberapa alternatif
    misal : - ada berapa cara untuk menghasilkan angka 49
                - ada berapa alternatif untuk menuju Jakarta dari Surabaya
                - ada berapa alternatif untuk membangun suatu bentuk geometri
   Alternatif yang dihasilkan dapat berupa, alternatif pernyataan permasalahan dan alternatif
   pendekatan penyelesaian permasalahan.
   Dengan melatih ini kita diharapkan terbiasa untuk mengoptimalkan seluruh pola yang telah
   tersimpan di otak.

2. Mendeskripsikan asumsi dalam setiap alternatif yang dihasilkan dan meguji (mempertanyakan)
    setiap asumsi yang diberikan bagi setiap alternatif. Why? Why? dan Why?

3. Menunda penilaian, hargai setiap alternatif yang dihasilkan. Penilaian, terutama yang negatif dapat
    menghambat kinerja dalam menghasilkan alternatif, yang pada akhirnya menghambat kemampuan
    untuk mengubah pola (pattern). kebutuhan untuk selalu benar dapat menghambat proses kreatif.

4. Desain, mebiasakan mevisualisasikan pemikiran. Proses visual dapat membantu mendetailkan
    alternatif perubahan pola (pattern)

5. Dominant Ideas and Crucial Factor , pemahaman saya adalah kemampuan untuk menemukan
    constrain dan inti dari permasalahan -----> kok jadi mengarah ke vertical thinking???

6. Fractionation, bertujuan untuk menyediakan material yang dapat digunakan untuk
    merestrukturisasi pola, dengan cara membagi/membelah suatu alternatif menjadi bagian yang
    lebih kecil (breakdown)

7. The reversal method, melihat suatu permasalahan dari ujung yang berbeda, untuk menghasilkan
    alternatif baru, diawali dengan perubahan pernyataan (statement) permasalahan.

8. Brainstorming

9. Analogi, contoh : dalam simbol-simbol matematika
    Tapi seringkali analogi ini malah menutupi "permasalahan" yang sebenarnya ????

10. Memilih Entry Point dan Attention Point
      Masih overlap dengan pemahaman no. 5

Dan beberapa yang belum paham
11. Random stimulation
12. Consepts/Division/Polarisation

Dari beberapa pemahaman tersebut, muncul pertanyaan-pertanyaan di benak saya :
1. Bagaimana cara menjadikan habit untuk menunda penilaian, karena kita terbiasa berpikir dalam
    pola benar dan salah, sehingga berat untuk menerima alternatif/pemikiran yang sudah masuk ke
    area SALAH

2. Dari banyak metode melatih pola pikir lateral, bagaimana melatih memilih metode yang sesuai?
3. Kapan dan bagaimana menerapkan pola pikir lateral dalam ilmu pasti?ilmu sosial?
4. How far to be wrong for aiming to be right dalam ilmu pasti?
5. Saat kita tahu anak salah apakah :
   a. langsung diberitahu salahnya, dan dibenarkan
   b. Beri kesempatan berpikir (butuh waktu)
   c. mengarahkan pada kesimpulan yang benar (tekniknya???)

Well it's juat a note...not conclusion yet


Tuesday, December 23, 2014

Lateral Thinking

Tergelitik oleh diskusi dengan pak Thoha di WA beberapa hari lalu : Persepsi (input) dapat digeser maka keyakinan (output) dapat berubah pula.
Pas baca pernyataan ini sih masih gak ngeh yang dimaksud apa, sampai sekarang mungkin juga belum paham banget, tapi karena sudah mulai membaca Lateral Thinking milik Edward de Bono, yang disarankan pak Thoha, jadi sedikit ada pencerahan, sedikiiittt.......baru sedikiiiiit :)

Menurut Edward de Bono secara alami otak kita ini menyimpan informasi dalam bentuk pola dan mengatur penggunaan informasi sesuai dengan pola yang sudah terbentuk. (mind as patternmaking and self organize ability). Selanjutnya dalam mengolah informasi otak kita fokus (limited attention span) pada pola tertentu yang telah disimpan dan bekerja sesuai urutan informasi yang masuk.

Karakteristik ini banyak memberi keuntungan pada hal-hal praktis, tetapi juga memiliki keterbatasan, dalam melakukan restrukturisasi pola dan urutan informasi. Sehingga seringkali kita  melewatkan gagasan-gagasan yang lebih baik.

Kemampuan untuk menggeser persepsi (input) sehingga menghasilkan keyakinan (output) yang baru merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir secara lateral. Memberikan ide-ide baru dalam menghadapi suatu permasalahan,

Masalahnya bagaimana mengasah kemampuan berpikir secara lateral ini?

Wednesday, December 17, 2014

Catatan Ibu Galau


Berawal dari keinginan menyediakan pendidikan yg bermutu bagi anak2....akhirnya nyebur juga belajar lagi.
Pengennya kalo pilih sekolah anak2 bener2 dapet ilmu, paham akan ilmunya, gak cuma kejar2an nilai bagus kaya ibunya dulu.
Di sekolah yg sekarang siy so far cukup memperoleh yang dibutuhkan, tapi apadaya harus ikut Ayah yg kerjanya pindah2, jadi merasa perlu menstandarkan cara berpikir anak2 untuk ngadepin gonta ganti kurikulum.
Tertarik belajar lagi karena sering baca2 status temen Ahmad Thoha Faz, beliau ini mengembangkan metode pembelajaran yang disebut metode aRTi, akhirnya kontak2 beliau, setengah nodong juga siy :) *Pak Thoha semoga pahalanya berlipat ganda*
Semoga ibu galau ini gak jadi males belajar lagi.
Dari diskusi2 dengan beliau ini banyak banget ilmu yang didapat, nanti pelan2 bakal ditulis biar gak lupa dan bener pemahamannya.
Pelajaran pertama yang saya dapat dari Pak Thoha adalah kemampuan untuk memvisualisasikan pikiran.
Seringkali kita belajar terikat pada tulisan, gak sadar bahwa dengan memvisualisasikan (menggambar) dapat memudahkan pemahaman kita akan suatu permasalahan.
Jadi biasakan anak untuk memvisualisasikan pemikirannya, sejak kecil bisa loh dibiasakan, gak perlu anak bisa calistung.
Menggambar bukan hanya produk kesenian, menggambar merupakan produk pemikiran.
Justru bahasa gambar anak2 ini harus terus dibudayakan.
So mommies....sediakan saja media nya....gak perlu bagus kok gambarnya, yang penting terus asah kemampuan anak menceritakan gambarnya.
visualisasi bisa dilatih secara bertahap: diawali dengan kata, kalimat, sampai cerita.
Nanti pas udah gede...pas pelajarannya udah makin sulit anak gak akan kesusahan lagi memvisualisasikannya
misal visualisasi kata "jarak", "lingkaran", "setengah", "gaya", dst
Sayangnya saya kurang rajin mengumpulkan gambar2 anak2 :(

All About Me

A girl who still in search of her own cup of coffee