Monday, September 23, 2019

Update Status (Tempat Tinggal)

Update status tempat tinggal baru yang telat 1 tahun, biar terlambat yang penting update yah :). Jadi yaaaa 17 Agustus 2018 kami sekeluarga pindah tempat tinggal, masih di negara yang sama tapi beda wilayah. Dari kota kecil di utara UAE, Ajman, kami pindah ke ibukota Abu Dhabi, meski tidak tinggal di tengah kota, kawasan urban bisa dibilang, tapi sudah dalam wilayah Abu Dhabi.

Kalo dijelaskan sih berasa keren ajahlah daerah tempat tinggal kami sekarang, 10 menit dari Yas Island, iya Pulau Yas yang terkenal buat balapan F1 itu. Tapi ya emang jalanan disini besar-besar, kalopun lagi ada kompetisi F1 yang lengkap dengan segala afterrace concert nya gak akan kena efek macet or ribut-ribut.

Trus tempat tinggal kami juga sebelahan ama bandara Abu Dhabi, pas awal-awal pindah agak kaget juga denger suara pesawat distater ((STATER)), kedengeran jelas doooong dari atas kasur di bawah selimut. Alhasil acara leyeh-leyeh pagi jadi gagal :D.

Oh ya, sebelum pindah Abu Dhabi, aku berhasil dapetin Driving License alias SIM Dubai (yeayyy), yang bikin bangga pada diri sendiri sih karena berhasil ambil SIM sekali jadi, alias langsung bisa lulus semua tahapan tes :). Karena secara mitos, bikin SIM Dubai itu susaaah dan mahal sekali sodara-sodara. Plus lagi dapetnya cuma berlaku 2 tahun, setelah itu harus perpanjang lagi untuk dapat 5 tahun berlaku. Ah memang hidup di Arab sekarang kudu tabah, biaya hidup makin tinggi, makin banyak biaya ini itu #curhat. Dan akhirnya petualangan saya di jalan dimulai lagi.

Truuuusss....Alhamdulillah bangetnya, pekerjaan si bapak yang sekarang kasi school allowance buat anak-anak. Jadi ya, alhamdulillah akhirnya anak-anak bisa masuk sekolah Internasional yang hampir sesuai dengan keinginan dan kriteria. Pas awal survey sekolah kita udah ngiler aja, liat daftar olahraganya ada Sailing. Langsung lah emaknya yang pecinta olahraga air ini memberi restu. Ditambah lagi daerahnya juga pas, antara Abu Dhabi dan Dubai. Karena si Bapak kadang harus ke Abu Dhabi, seringpula kudu ke Dubai.

Overall, kepindahan kami ke Abu Dhabi ini banyak membawa dampak positif bagi anak-anak, ibu dan bapaknya. Fasilitas umum di Abu Dhabi buat olahraga dan beraktivitas juga jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan Ajman, soal harga juga lebih terjangkau daripada Dubai. Eh tapi untuk sewa rumah Abu Dhabi ini termasuk yang paling mahal ya di UAE.

Gimana perjuangan kami di Abu Dhabi nanti bakal dituangkan di tulisan-tulisan selanjutnya, siap-siap dulu jemput anak-anak

Wednesday, March 22, 2017

Tentang Affa

25 November 2012, jam 4 pagi waktu KSA kami bergegas menuju rumah sakit, sebelumnya mampir dulu untuk menitipkan Atta ke rumah teman. Proses kelahiran Affa lebih lama dibanding Atta, setelah pada posisi bukaan 2 selama hapir 2 minggu, akhirnya kontraksi terasa kuat dan frekuensinya teratur.
Jam 5 pagi, setelah shalat subuh, perawat sudah meminta saya untuk tiduran di ruang bersalin, kali ini ditemani suami, yang pada saat itu berstatus jobless alias lagi nganggur. Jam 7 pagi dr. Nadya Shaleh, seorang dokter Mesir datang dan akan memulai proses kelahiran, karena sudah bukaan penuh, selama 45 menit berjuang mengeluarkan Affa, karena posisi bayi yang masih tinggi, jadi saya harus mendorong lebih kuat.

Alhamdulillah, jam 07.45, lahir Amalia Falisha dengan berat 3,950kg dan panjang 51cm. Amalia memiliki arti pekerjaan dan Falisha berarti kebahagiaan, sebagai penanda bahwa saat dia dilahirkan kami sedang menanti pekerjaan pengganti sebelumnya. Arti lengkapnya, kami ingin Affa bisa berusaha mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.


Secara fisik tumbuh kembang Affa tidak berbeda jauh dengan Atta, milestone-milestone tumbuh kembang dilalui dengan baik....hingga saat seharusnya dia mulai belajar berbicara, kami memahami memang sedikit lebih lambat dari kakaknya. Affa adalah bayi yang murah senyum, dia mengerti segala yang kami ucapkan, tapi tidak mudah buat dia untuk menirukan ulang perkataan kami. memang stimulasi yang saya berikan juga berbeda dengan Atta. Karena saat itu, ayahnya bekerja di luar kota, jadi saya yang sibuk antar jemput Atta sekolah dan mengurus segala kebutuhan rumah, saat sudah di rumah sudah terlalu lelah untuk meluangkan waktu secara khusus buat Affa.
Praktis, hanya saya ajak bernyanyi di mobil, saat perjalanan kesana kemari dan hanya ngobrol-ngobrol ringan tanpa bisa bertatap muka secara langsung.

Perkembangan kemampuan motorik Affa sangat bagus, dia lincah sekali bermain monkey bar, naik turun di Playground, tidak ada rasa takut. Memang kami selalu menyempatkan untuk mengajak anak-anak bermain di tempat terbuka dan taman-taman bermain publik.


Hanya 2 tahun di Surabaya, kami harus pindah lagi ke UAE, pada saat Affa berusia 2,5 tahun. Hanya beberapa kata yang bisa dia ucapkan, belum bisa merangkai kalimat, jadi kami putuskan untuk tidak memasukkan Affa ke playgroup dulu, tapi fokus meningkatkan kemampuan linguistiknya. Namun hingga usia 3,5 tahun perkembangan yang kami peroleh belum terlalu banyak, dan akhirnya kami masukkan Affa ke Playgroup. Hingga 2 bulan pertama, guru-gurunya selalu mengeluhkan Affa yang tidak mau berbicara.

Beruntung di apartment tempat kami tinggal, ada keluarga dari Nigeria yang memiliki anak-anak sepantaran dengan Atta dan Affa, dan mereka berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Hampir setiap hari mereka bermain bersama, ditambah dengan pengalaman di sekolahnya, kemampuan linguistik Affa menigkat dengan pesat. Sudah mampu merangkai kalimat bahasa Inggris yang kadang suka campur-campur dengan bahasa Indonesia, paham jika kami berbicara dalam bahasa Indonesia. 

Selain motorik kasar, kemampuan motorik halus Affa juga berkembang lebih cepat daripada kakaknya, dia sering ikut menggambar dengan pensil, bermain cat air dengan kuas, dan merangkai manik-manik plastik yang memang sering saya beli untuk mengisi waktu bermain anak-anak. Affa pun memiliki ketertarikan lebih untuk menyusun balok-balok lego dibanding dengan Atta. Seiring kemampuan berbicara yang meningkat, dia bisa menjelaskan apa yang sedang dia bangun. Di sekolah pun hasil karyanya sudah rapi, mewarnai, bahkan sering membuat warna-warna gradasi jika mewarnai suatu objek. 

Saat ini milestone besar yang harus kami perjuangakan adalah mengenalkan Affa alfabet dan mengajarinya membaca. Pekerjaan ini lebih menantang dibanding saat dengan Atta, yang memiliki cara belajar auditori dan visual. Seiring waktu kami menyadari memang kedua anak ini memiliki cara belajar yang berbeda, Affa belajar secara kinestetik dan visual. Affa sangat mudah menulis ulang huruf-huruf alfabet, tapi untuk membunyikan huruf itu, masih sering tertukar dan sering pula hanya menjawab dengan senyum manisnya sambil geleg-geleng kepala. Yang unik lagi, saat melihat seuah kata, dia akan menghitung jumlah masig-masing huruf yang merangkainya. Pernah saat saya memakai kaos bertuliskan "Fotografi", dia menggumam "there are 2 F...A, O". Ya saat ini dia sudah pandai berhitung 1-10 dalam bahasa Inggris.

Hari ini pun saya dibuat terharu dengan hasil karyanya....

Wednesday, March 8, 2017

Sekolah Baru

September 2015, tahun ajaran baru bagi Atta di UAE. Untuk transportasi kami memilih menggunakan bus sekolah, Pelajaran yang diperoleh untuk grade 1 adalah Science, Mathematic, English, Arabic, Islamic, Art, Music, dan Physical Education.
Pengalaman bersekolah dengan teman-teman yang berbeda negara asal sangat menyenangkan buat Atta.

The Bloomington Academy Ajman baru memasuki tahun kedua setelah berdiri, jadi saringan masuk hanya dilakukan berdasar interview dengan calon siswa.
Sebenarnya setelah mengikuti pendidikan dengan kurikulum IB, sistem pendidikan dengan kurikulum British terasa konvensional. Kegiatan belajar lebih banyak dilakukan secara searah. Tetapi, beban belajar tidak seperti pengalaman teman-teman yang anak-anaknya bersekolah di Indonesia.
Di TBAC, exam atau ujian hanya dilakukan setelah grade 3, untuk grade 1 dan grade 2 hanya dilakukan class assesment.

Dengan situasi sekolah yang seperti itu, iklim kompetisi antar siswa sangat tidak terasa, jadi kami bisa fokus pada pemahaman Atta pada pelajarannya. Akan tetapi, tantangan belajar juga jadi kecil, keinginan Atta untuk belajar juga jadi rendah. Disamping itu  kualitas dan biaya yang kami keluarkan tidak sepadan, kami berpikir untuk memindahkan sekolah Atta.
Jadi setiap tahun Atta berganti sekolah, alhamdulillah sejauh ini Atta tidak memiliki masalah adaptasi, belum ada pengaruh secara akademis.

Di sekolah kedua, School of Knowledge Sharjah, terkenal sulit untuk bisa diterima menjadi murid sekolah ini, mungkin karena biaya sekolahnya termasuk rendah, dan lulusannya terkenal pinter-pinter. Ada saringan masuk, tes tulis dan interview, saya rasa ini yang membuat standar belajar jadi lebih baik. Bagaimanapun tentu lebih mudah bagi guru untuk memberikan pelajaran jika kemampuan siswa sudah bisa dikatakan sama.




All About Me

A girl who still in search of her own cup of coffee